Kali ini mau membahas dunia perdalangan. Dulu pernah ditugaskan untuk meliput acara Hari Wayang Dunia yang digelar di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Pertama kali melihat penampilan langsung seorang dalang memainkan wayang kulit.
Memeriahkan Hari Wayang Dunia (HWD) 2019, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menggelar berbagai kegiatan, selama tiga hari, Senin-Rabu (4-6/11/2019). Kegiatan yang diadakan yaitu pameran wayang, seminar dan pertunjukan wayang kulit.
Berbicara mengenai seni pedalangan ternyata ada seorang dalang perempuan. Ia adalah Dyah Ayu Kusumaningtyas. Gadis asal Madiun yang tampil bersemangat memainkan lakon “Warastra Siswa Tama”. Saya lupa lakon ini menceritakan tentang apa 😅😅😅.
Dyah sudah lama belajar mendalang. “Dulu tahu seni dalang dari orang tua, terutama bapak, yang juga seorang dalang dari Jawa Timur. Lalu, saya belajar dan suka hingga jadi hobi dan keterusan sampai sekarang,” ujarnya usai tampil di Pendapa Ageng GPH Joyokusumo ISI Surakarta.
Setelah tampil di acara Hari Wayang Dunia, Dyah akan terus mengasah kemampuannya hingga menjadi dalang profesional. Bahkan, ia berkeinginan menjadi dosen dalang dan tari.
Hari Wayang Dunia (HWD) diperingati setiap tanggal 7 November. Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta bakal merayakannya selama tiga hari berturut-turut. Tema perayaan saat itu adalah “Ayo Ndalang: Wisata Budaya Wayang Anut Jaman Kelakone”.
HWD 2019 diadakan di tiga tempat, yaitu Pendapa Ageng GPH Joyokusuma, Teater Besar Gendhon Humardani dan Teater Kecil ISI Surakarta. HWD ke-5 ini menampilkan 42 dalang dari Soloraya.
Dalang-dalang tersebut menunjukkan kepiawaiannya memainkan wayang dari berbagai daerah. Tidak hanya dalang muda, ada juga dalang cilik dan dalang perempuan yang tampil. Puncak acara akan menampilkan dalang senior.
Tidak hanya dalang-dalang senior saja yang tampil tapi dalang-dalang cilik juga. Salah satu yang tampil adalah Gibran Maheswara. Dalang cilik berusia 7 tahun itu memainkan lakon “Tetuka Sang Gathutkaca” bersama teman-temannya. Pementasan ini mengolaborasikan antara wayang kulit dan wayang orang.
Gibran mulai menyukai wayang sejak usia 1,5 tahun. Ketika itu sang ayah mengajak anaknya nonton pertunjukan wayang kulit di pesta pernikahan seseorang. Sejak itu Gibran selalu pingin nonton pementasan wayang. Gibran belajar ndalang di Sanggar Sarotama. Sejak usia 3,5 tahun hingga sekarang, ia masih belajar di sanggar yang berada di Karanganyar tersebut.
Ini menarik ya, sebuah pertunjukan budaya Indonesia yaitu Wayang Kulit yang mulai banyak diminati dari kalangan muda. Ternyata banyak juga anak muda yang mulai menggemari dan mempelajari seni pedalangan.
Komentar
Posting Komentar