Saya mendapat
tugas meliput tentang event Solo Batik Fashion dan melakukan wawancara dengan
salah satu desainer asal Solo Djongko Rahardjo. Awalnya saya janjian dulu
dengan beliau, proses wawancara saya lakukan beberapa hari sebelum acara Solo
Batik Fashion digelar. Mas Djongko orangnya sangat welcome dan berkenan untuk
saya tanya-tanya.
Djongko
Rahardjo sudah menggeluti dunia fashion sejak usia belia. Pria kelahiran 19
Oktober 1968 tersebut tidak pernah mendapatkan pendidikan formal tentang
fashion. Ibunya Setyowati seorang desainer dan ayahnya Boediono Linggo Rahardjo
pensiunan karyawan. Djongko sejak kecil sudah merasa bahwa fashion adalah
bakatnya.
Dekat dengan
sang ibu yang juga seorang desainer, membuat Djongko semakin menggemari dunia
fashion. Bahkan, ketika usia 18 tahun Djongko berhasil lolos dalam top 10 karya
fashion Femina Group dan ia menjadi satu-satunya peserta dari daerah. Karyanya
saat itu adalah pakaian santai atau leisure wear. “Sudah ketemu talenta
saat itu dan bisa menang adalah hal diluar ekspektasi, padahal yang ikut ribuan
orang. Hal itu yang menjadi pengalaman berharga dalam hidup saya,” ujarnya.
Desainer asal
Solo ini menceritakan pengalamannya awal mula menjadi desainer. Puluhan tahun
bergelut didunia desainer menjadikannya seseorang yang berbeda. Djongko selalu
menekankan bahwa membuat sebuah karya harus apa adanya dan terus konsisten
belajar. Ia tidak pernah main-main dalam membuat sebuah karya.
Salah satu hal
yang menginspirasinya adalah kebebasan. “Saya kan dulunya terbiasa bekerja di
perusahaan batik. Disana tuntutannya besar kalau harus mencari inspirasi dengan
ritme kerja disana itu terlalu lama. Saya lebih suka mengalir saja, bebas tapi
tetap mengedepankan kualitas,” ujarnya.
Djongko juga
menjelaskan tentang idealisme dalam menciptkana sebuah karya. Menurutnya yang
menjadikan sulit dalam berkarya adalah idealisme seorang desainer yang tidak
bisa mencurahkan penuh ide kedalam karyanya. Banyak desainer yang berkarya
hanya sesuai permintaan dan selera pasar. Namun, seorang Djongko mampu
menyisipkan idealismenya melalui proses kreatif dalam karyanya. Desainer adalah
sebuah pekerjaan, tidak bisa dipungkiri berkarya untuk sisi komersial tetap
ada.
Karya Djongko selalu
mempunyai unsur seni yaitu fashion batik custom. Djongko lebih membuat sebuah
karya berdasar karakter kliennya. Permintaan apapun dari kliennya akan
dikerjakan tapi tetap mengedepankan apa yang pantas dan sesuai untuk si klien. Djongko
mengerjakan proyek dari kliennya berdasar bahan, motif dan warna yang nantinya
akan dikreasikan menjadi sebuah karya.
Hal yang
menjadikan Djongko bisa berbangga saat itu, ia pernah pernah mendapatkan
kesempatan membuat baju untuk ajang Miss Universe. Saat itu, proyeknya hanya
satu minggu tapi ia mampu mengerjakannya. Djongko juga pernah terpilih dalam
Asosiasi Desainer Muda dari Solo. Djongko yang tidak pernah mendapatkan
pendidikan formal senang berbagi ilmu. Ia senang membagi ilmunya kepada
anak-anak yang tertarik atau mempunyai bakat di bidang fashion. Djongko
memegang prinsip sederhana dalam hidupnya “Lebih baik besar di tempat kecil
daripada kecil di tempat yang besar”.
Komentar
Posting Komentar