Sudah lama enggak membahas tentang kesenian budaya. Kesenian gamelan sudah pernah, kesenian tarian sudah pernah, kali ini mau membahas tetang kesenian wayang orang. Wayang orang merupakan pertunjukan yang disajikan berupa teater tradisional Jawa. Di Kota Solo sendiri masih ada kesenian wayang orang yaitu Wayang Orang Sriwedari.
Berdiri pada tahun 1911 oleh para penggiat budaya Kota Solo. Hingga kini jadwal pertunjukkan Wayang Orang Sriwedari rutin diadakan setiap hari Senin-Sabtu pukul 19.00 WIB di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Jalan Kebangkitan Nasional No.15 Solo. Harga tiket 10rb per orang.
Tahun 2019, saya mendapat tugas liputan tentang kesenian. Jaman dulu saya sering sekali disuruh liputan tentang kesenian poko’e ublek-ublek iki terus 😅😅😅 Opo mungkin mas’e redaktur seneng dunia kesenian yo. Tapi yo ra popo jadi paham, dapat ilmu baru dan ketemu sesuatu yang baru malah seru.
Wayang Orang Sriwedari pernah merayakan hari jadi yang ke-109 pada Sabtu 20 Juli 2019. Saat itu menjadi edisi spesial karena akan menampilkan cerita tentang Pandawa berjudul “Mahabharata Adibrata”. Pementasan tersebut mengusung konsep Banjaran atau runtutan cerita Mahabharata Adibrata.
Lakon tersebut menceritakan perjalanan kejayaan Pandawa, mulai dari Babat Wanamarta sampai dibuang ke hutan. Lalu, melakukan penyamaran di negara Winamarta sampai Baratayuda. Hingga muncul permasalahan Pandawa yang ditipu Kurawa.
Cerita untaian kasih dengan lakon Mahabharata Adibrata mempunyai makna dan filosofi tentang sebuah kemenangan yang tidak bisa diukur dengan kekuatan. Kemenangan itu manakala bisa dirasakan dan diterima dengan hati yang tulus dan ikhlas. Mahabharata membicarakan tentang epos perang antara Pandawa dan Kurawa. Sedangkan, Adibrata adalah kata-kata yang diambil dari bahasa Kawi yang mempunyai arti perbuatan yang baik. Pertunjukan ini mengangkat cerita Mahabharata dari India yang dikembangkan dengan filosofi Jawa.
Banyak pesan cerita yang ingin disampaikan kepada penonton seperti kemenangan Pandawa terhadap Kurawa. Ini juga menyisakan kesedihan Puntadewa karena harus kehilangan saudara dan bertekad tidak akan ada lagi peperangan didunia ini.
Para pemain yang tampil berasal dari berbagai komunitas dan instansi. Antara lain Agung Kusuma W (Moncarisawara), Wijanarko (Moncarisawara), Sri Hadi Bisma (ISI Surakarta), Warsidi (ISI Surakarta), Wahyu Sapto (RRI), Sidik Suradi (SMKI), Sadi Bei (Kebak Kramat), Eko Gudel (Solo) dan beberapa pemain muda dari Wayang Orang Sriwedari.
Komentar
Posting Komentar