Beberapa waktu yang lalu, saya sudah pernah membahas tentang sentra pengrajin Gitar di Desa Baki. Kali ini, saya akan membahas para pengrajin gamelan dan Shuttlecock dari Kabupaten Sukoharjo. Gamelan merupakan sebuah alat musik kesenian tradisional Jawa. Alat tradisional ini juga beraneka ragam seperti Gong, Kenong, Kendang, Saron, Bonang, Demung, dll.
Di Kabupaten Sukoharjo terdapat sentra pengrajin gamelan tepatnya di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban. Di desa ini terdapat sentra pembuat gamelan secara tradisional. Dilansir dari laman Indonesia.go.id, pembuatan gamelan di Desa Wirun dirintis oleh seorang pengrajin bernama Reso Wiguno tahun 1956. Pada waktu itu, kemunculan pengrajin gamelan disana karena dorongan ekonomi mengingat di desa itu bukanlah sebuah wilayah dengan hasil pertanian yang melimpah.
Proses pembuatan gamelan Desa Wirun masih dilakukan secara tradisional. Prosesnya tergolong rumit karena harus mengandalkan keterampilan, ketelitian dan pengalaman agar bisa menghasilkan gamelan dengan kualitas yang baik. lalu, proses produksinya terdiri dari 4 tahap yaitu pekerjaan besi, kayu, kulit dan finishing.
Untuk membuat satu item gamelan diperlukan waktu 3-4 bulan. Salah satu proses pembuatan gamelan yang membutuhkan keahlian khusus adalah pada penyetelan nada gamelan. Pada tahap ini, pengrajin harus memiliki kepekaan indera pendengaran yang tinggi untuk menghasilkan tingkat nada yang akurat.
Satu set gamelan karya pengrajin Desa Wirun dihargai ratusan juta. Tingginya harga gamelan disebabkan karena tingkat kesulitan pembuatan alat musik itu tinggi. Sementara, bahan baku pembuatan gamelan harganya terus meningkat.
Di Kabupaten Sukoharjo juga terdapat desa pengrajin Shuttlecock tepatnya di Desa Gadingan Kecamatan Mojolaban. Sentra industri rumahan shuttlecock ini sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Shuttlecock adalah bola yang digunakan dalam olahraga bulu tangkis, bola ringan ini terbuat dari bulu.
Kamu bisa melihat potret aktivitas pembuatan shuttlecock saat berkunjung kesana. Para karyawan yang terdiri dari warga sekitar Desa Gadingan tersebut dibagi tugas bekerja, ada yang bagian merapikan bulu ayam dengan gunting, ada yang bagian merekatkan bulu ayam pada selongsong (shuttelcock) kok. Ada pula yang bagian memanaskan bulu ayam supaya lentur dan kuat (Biasanya dibakar dengan minyak).
Sementara di pekarangan belakang rumah industri tersebut juga terdapat aktivitas untuk menjemur bulu ayam sebelum digunakan. Sentra industri ini biasanya memproduksi rata-rata hingga 500 slop per hari. Untuk produk Shuttlecock dijual dengan harga 100rb per pack.
Komentar
Posting Komentar