Blusukan ke Kampung Kauman, Wisata Batik Khas Solo




Kota Solo memiliki daya tarik sebagai kota wisata. Kota Solo juga terkenal dengan budayanya yang kental. Selain itu kota yang dijuluki sebagai kota Bengawan ini mempunyai kampung wisata batik terkenal. 

Kampung Batik Kauman berlokasi di tengah Kota Solo. Tempat ini dikelilingi oleh Jalan Rajiman, Jalan Nonongan, Jalan Slamet Riyadi. Kampung Batik Kauman tidak jauh dari Keraton Kasunanan Hadiningrat Surakarta, Masjid Agung dan Pasar Klewer. 



Kampung Batik Kauman dijadikan tempat wisata sejak tahun 2006. Disini kamu akan menjumpai berbagai hal menarik seperti rumah batik, showroom batik, tempat pelatihan batik, museum koleksi batik, penelitian dan pengembangan produk batik.

Ciri khas batik Kauman merupakan batik keraton atau lebih sering disebut batik klasik (pakem) yang motifnya berasal dari Keraton Surakarta dan mempunyai cita rasa seni yang tinggi. Selain pakem, ada batik cap dan batik kombinasi (tulis dan cap). Jenis-jenisnya banyak antara lain Sidomukti, Sidodrajat, Sidoluhur, Satrio Woibowo, Wahyu Temurun dan lain-lain.



Ketika berkeliling ke Kampung Batik Kauman sebaiknya berjalan kaki karena akses jalan di kampung ini berupa gang-gang sempit. Dengan berjalan kaki kamu bisa menikmati bangunan tua dengan gaya arsitektur Jawa-Belanda, rumah joglo dan limasan. 

Menurut sejarah Kampung Batik Kauman dulunya adalah pemukiman kaum abdi dalem Keraton Kasunanan dengan mempertahankan tradisi dengan cara membatik. Di Kampung Wisata Batik Kauman terdapat 5 kampung unik yaitu Kampung Gerjen, Kampung Blodiran, Kampung Kentiran, Kampung Baladan dan Kampung Gebangsan.



Pertama ada kampung Gerjen, dinamakan Gerjen karena kebanyakan warga yang tinggal di daerah itu bekerja sebagai gerji atau tukang jahit. Lalu, Kampung Blodiran, disini banyak para abdi dalem yang bekerja sebagai tukang bordir. 

Kemudian, Kampung Kentiran karena warga di kampung ini bekerja sebagai pembuat samir atau selendang kecil yang biasa dipakai abdi dalem Keraton Solo. Lalu, Kampung Baladan warga kampung ini bekerja sebagai juru masak aneka kue dan jajanan. Yang terakhir adalah Kampung Gebangsan. Dinamakan seperti itu karena sebagian besar warga di kampung ini bekerja menjadi pembuat topi pengantin pria jawa atau sering disebut Kuluk.




Komentar