Irawati Kusumorasri, Berawal Dari Dunia Tari Hingga Menjadi Direktur SIPA



 


Kali ini membahas salah satu tokoh kesenian dan budaya senior dari Kota Solo. Saat itu, saya ditugaskan untuk melakukan wawancara dengan Bu Irawati Kusumorasri Direktur Solo International Performing Arts. Bagi beliau, kesenian sepertinya sudah menjadi jalan hidup. Perempuan 53 tahun tersebut merupakan pemrakarsa event seni lainnya di Kota Solo, Semarak Budaya Indonesia dan International Mask Festival. Ia pun mendirikan sanggar tari Semarak Candra Kirana pada 1998.

Ira dipertemukan dengan kesenian oleh orang tuanya, “Orang tua saya bukan seniman tapi beliau-beliau suka menikmati seni. Ibu-bapak saya melatihkan anak-anak perempuannya untuk menari,” ujarnya saat ditemui di Sekretariat Solo International Performing Arts.

Sejak SMP, ia mulai tekun berlatih menari. Les tari dilakukan dirumahnya seminggu sekali. Tak main-main, ia dilatih langsung oleh empu tari dari Mangkunegaran Solo. “Kayaknya ibu berkeinginan punya putri yang bisa menari bagus, bisa peye (mendapat tanggapan menari),” ucapnya malam itu.

Setelah berhasil menguasai satu tarian, kemampuan Ira menari ditawarkan ibunya kepada teman-temanya yang akan punya hajatan. Singkat cerita, Ira akhirnya sukses dari hajatan ke hajatan lainnya. Tanggapan menarinya bahkan bertambah saat masa SMA-Mahasiswa. Wanita kelahiran 12 Desember 1963 itu membeberkan, dari sabtu hingga minggu, ia selalu diundang tampil.

Saat ada pementasan, Ira tak tampil sendiri tapi menari bersama teman-temannya. Dunia tari berjasa besar bagi karir Irawati Kusumorasri. Lalu, dari situ dia menggemari dunia tari dan sering menonton pertunjukan-pertunjukan seni, terutama tari. “Akhirnya saya nyemplung di dunia seni dan semakin kedalam. Hingga akhirnya saya dipasrahi untuk menggelar SIPA. Waktu itu saya Bismillah saja, soalnya saya enggak tahu pengetahuan manajerial, enggak punya pengetahuan meng-organize suatu event,” ujarnya.

Tak terasa event yang diasuhnya, SIPA sudah berusia lebih dari 10 tahun. Ira berkomitmen untuk terus melangsungkan SIPA. “Saya ingin tahu sejauh mana SIPA bisa terjadi. Sebelum saya transfer ke orang lain, ke generasi yang lain, SIPA harus saya uri-uri dulu, saya pelihara dulu dengan komitmen. Saya harus kerja keras dan punya semangat yang tinggi. Karena chemistry saya di seni pertunjukan. Semoga saya diberi kekuatan untuk melangsungkan dan bisa estafet ke generasi di bawah saya,” jelasnya.

Sosok bu Ira adalah seorang yang ramah kepada siapa saja. Namun, dalam tanggung jawab sebuah pekerjaan, beliau adalah orang yang sangat disiplin dan berkomitmen. Diluar pekerjaan sebagai direktur, sama seperti ibu-ibu rumah tangga lainnya yang berbaur dengan masyarakat dan mendidik anak-anaknya dirumah. "Saya kalau lagi luang, saya biasa ikut arisan, kegiatan masyarakat, melihat anak-anak di sanggar dan ngobrol santai dengan keluarga di rumah," tuturnya sambil tersenyum. 

Komentar