Solo Batik Carnival 2019, Suvarnabhumi The Golden of ASEAN

 

Berawal dari hanya menonton acara di Kota Solo dan suka jepret-jepret amatir hingga mendapat kesempatan buat meliput banyak event di Kota Solo (kerja sambil nyalurin hobi hahaha). Saya sering menonton agenda yang diadakan di Kota Solo, salah satunya yaitu Solo Batik Carnival. Saya masih ingat kalau nonton dempet-dempetan sama penonton lain di sepanjang city walk Slamet Riyadi (meh jepret wae susah banyak penontonnya).

Lha pas jadi wartawan mendapat kesempatan eksklusif selama peliputan. Solo Batik Carnival adalah event budaya tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Surakarta dengan menggunakan batik sebagai bahan utama pembuatan kostum. SBC pertama kali digelar tahun 2008 dan sudah menginjak gelaran yang ke-12 kalinya.

SBC tahun lalu (2018) mengangkat tema “Mustika Jawa Dwipa” dengan menampilkan atribut daerah di Indonesia diantaranya Jawa Tengah; Kalimantan; Papua dan Sumatera Barat. Humas Solo Batik Carnival 2019, Mumtah menerangkan edisi ke-12 mengsung tema “Suvarnabhumi : The Golden of ASEAN”. Ada 10 defile yang bakalan mengikuti Grand Carnival. Kesepuluh defile tersebut akan memakai kostum yang mencerminkan ciri khas dari berbagai Negara diantaranya Indonesia; Malaysia (Truly Asia); Singapura (Passion Made Passible); Thailand (Amazing Thailand); Filipina (Kay Ganda Philippines); Brunei Darusalam (The Greean Heart of Borneo); Vietnam (Times Charm); Laos (Simply Beautiful Laos); Myanmar (Be Anchented); Kamboja (Kingdom of Wonder Kambiodia) dan Timor Leste (Being Fists Has Its Rewards). Tema tersebut memiliki makna Negara Emas dan juga bermakna bahwa batik sudah mendunia.

Walaupun mengangkat tema ASEAN, tapi kostum SBC kali ini tetap dibalut dengan batik,” ujarnya dalam pra-event yang digelar Sabtu (13/4/2019). Dalam acara tersebut juga diperkenalkan 10 instruktur yang akan mengatur tiap-tiap defile, salah satunya soal pembuatan kostum. Semua instruktur mempunyai pengalaman masing-masing dalam hal ini, misalnya pernah terlibat di gelaran Jogja Fashion Week (saya pernah meliput tentang Solo Batik Fashion mirip seperti event Jakarta Fashion Week versi lokal, akan saya tulis di lain kesempatan).



Salah satu instruktur, Ilham, mengatur defile Vietnam. “saya salah satu instruktur defile Vietnam, akan menampilkan hasil karya saya di gelaran Solo Batik Carnival 2019,” ujarnya diatas panggung pra-event. Acara pra-event dimulai dengan fashion show yang menampilkan kostum karnaval tahun sebelumnya (2018). Ada 8 defile yang ditunjukkan, yakni Batik Jawa Dwipa (Jawa Tengah), Nagari Minangkabau (Sumatera Barat); Lenggang Batavia (Betaswi); Dayak Borneo (Kalimantan Timur); Janger Dewata (Bali); Sasando Timur (NTT); Tana Sajojo (Papua) dan Mapalili Mamiri (Sulawesi Selatan). Ketua Yayasan Solo Batik Carnival Susanto menjelaskan, tema tahun ini memiliki makna Negara Emas. Filosofi dari tema tersebut adalah Solo Batik Carnival diibaratkan sebagai sebuah emas, sebuah perhiasan yang berharga dan banyak dicari orang.

Solo Batik Carnival (SBC) 2019 digelar Sabtu(27/7/2019) di sepanjang city walk Slamet Riyadi, turut hadir dalam acara tersebut Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah); Achmad Purnomo (Wakil Walikota Solo); Ketua Tim Pelaksana CoE Kemenpar; Kadispar Jawa Tengah; Kadispar Solo; Ketua Pelaksana dll.

Event Solo Batik Carnival 2019 dibuka dengan penampilan Tarian Loro Blonyo (pasangan pengantin Jawa, Dewi Sri dan Raden Sadono), tarian ikonik ini tidak banyak menggunakan gerakan, hanya tangan dan goyangan kepala. Tari Loro Blonyo dibawakan oleh sepasang penari yang mengenakan busana khas adat Jawa. Selanjutnya, ada penampilan penyanyi jebolan Rising Star Indah Nevertari, bintang tamu Mister Grand Internasional 2018, Mister Grand Indonesia 2018 dan diikuti oleh sekitar 130 peserta dari berbagai daerah dan peserta termuda berusia 1,5 tahun. Semua peserta tampil menawan selama acara.

Di akhir acara saya sempat mewawancarai Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Surakarta, Nunuk Mari Hastuti mengatakan, “dengan acara Solo Batik Carnival ini diharapkan pariwisata di Solo semakin dikenal dikancah dunia” ujarnya.

Selama pandemi Covid-19 membuat hampir seluruh agenda pariwisata kota Solo dibatalkan. Selama1 tahun tidak ada event besar di Kota Solo, lama tidak liputan rasanya kangen juga yo (anak lapangan iki).







Komentar