Masih ingat event Bekraf yang digelar di Solo beberapa bulan yang lalu. Tepatnya digelar di Benteng Vastenburg, Jumat-Minggu (4-6/10/2019). Ini merupakan salah satu event besar yang digelar oleh dinas ekonomi kreatif pusat. Acara ini kali pertama dilaksanakan di Bandung pada 2017 dan berlanjut di Surabaya pada 2018. Untuk tahun ketiga berlangsung di Kota Solo dengan mengangkat tema “Karya.Kita.Kaya” yang menampilkan puluhan program unggulan dalam berbagai format dari enam kedeputian BEKRAF, festival ini akan terbagi dalam 3 zona (Karya, Kita dan Kaya).
Acara dikemas dalam talkshow, pameran, sinema, pasar kreatif, workshop,
live musik dan aktifitas-aktifitas lainnya. Bekraf mempunyai subsektor diataranya: Animasi, film dan video,
Aplikasi dan game developer, Arsitektur, Desain interior, Desain komunikasi
visual, Desain produk, Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Mode atau Fashion,
Penerbitan, Periklanan, Radio dan televisi, Seni pertunjukan, Seni Rupa.
Beberapa talkshow juga digelar seperti di hari pertama
jumat siang, Bincang Santai Pembiayaan Ekspor untuk UKM Kreatif" tersebut
dihadirkan beberapa narasumber yang berkompeten di bidangnya. Meliputi Deputi
Akses Permodalan Fadjar Hutomo, Direktur Akses Perbankan Bekraf Yuke Sri
Rahayu, Kepala Kanwil LPEI Surakarta Andri Setiawan, dan Owner Kebab Baba Rafi
Nilamsari.
Barang-barang
hasil karya anak bangsa juga turut
di pamerkan di event ini. Kebetulan, saya mendapat tugas dari kantor untuk
meliput. Event ini memang temanya anak
muda, kelihatan banget dari desain tempatnya, kreatif dan inovatif.
Desain tempat acaranya menarik, awal pintu masuk sudah terlihat
seni arsitektur dari kayu yang unik, untuk tempat workshopnya juga santai pakai
bagbean, ada pemutaran film seputar bekraf, pemaparan informasi semua serba
digital, konsepnya millenial banget. Kalau dilihat dari karyanya kebanyakan anak
Desain Komunikasi Visual dan Seni.
Di acara Bekraf 2019 terdapat puluhan stan
yang ikut seperti AKATARA yang merupakan
program dari Bekraf melalui Deputi Akses Permodalan bekerjasama dengan Badan
Perfiliman Indonesia (BPI). Di stan ini
bisa bertanya seputar Film, Animasi dan Video digital bagi perekonomian
nasional. Sejak pertama kali dihelat pada 2017,
Akatara yang pada awalnya Film Financing Forum kini telah berkembang menjadi
Indonesia Film Business & Market.
Lalu
stan BEACON (Bekraf Animation
Conference), disini terdapat informasi
tentang sejarah film animasi Indonesia. Beacon
bertujuan untuk menjembatani para aktor yang berperan dalam perkembangan dunia
animasi. Dalam acara ini diharapkan terjadi pertukaran informasi, pengalaman,
transaksi bisnis dan sarana mempublikasikan karya-karya animasi anak bangsa
yang pada akhirnya akan mampu mengembangan ekonomi kreatif nasional, khususnya
dalam subsektor animasi. Sepanjang 2018 2000
peserta ikut serta dalam program Beacon. Program yang dihasilkan Beacon
misalnya, Menggapai Bintang (2011), Super Neli (Robby Pratama), Keluarga Somat
(Semarang), Gob & Friends (Surabaya), Kabayan Liplap (2008), Pak Raden, 101
Hantu Nusantara (2013). Garuda Vs Tikus (2010) dll.
Stan Bekraf Creative Lab, penguatan rantai nilai kreatif yang dimulai dari
kreasi, produksi, distribusi, konsumsi dan konservasi menjadi bagian tak terpisahkan
dari ekosistem ekonomi kreatif. Bekraf menjawab tantangan tersebut melalui kerjasama
dengan 6 perguruan tinggi dan melibatkan berbagai komunitas kreatif, pemerintah
daerah, pelaku usaha dan media. Total peserta yaitu 17.137 (2017-2019), Universitas
yang tergabung Universitas Indonesia, Institut Kesenian Jakarta, Institut
Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Gadjah Mada
dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta untuk subsektor kuliner, kriya, fashion,
animasi, musik, arsitektur, desain produk, desain interior, desain komunikasi
visual, seni rupa, seni pertunjukan dan penerbitan.
Kemudian juga ada stan, Archipelageek Augmented
Reality, sebenarnya saya masih kurang paham disini serba canggih
produk karyanya dan keren hahahaha. Archipelageek
terinspirasi dari filosofi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
(archipelageek state). Konsep Archipelageek ini diharapkan dapat menjadikan
Indonesia sebagai ikon potensi bidang teknologi dan digital yang secara terus
menerus menginisiasi berbagai produk aplikasi digital revolusioner.
Keikutsertaan Indonesia di ajang SXSW dimulai pertama kali pada tahun 2017
lalu, sementara itu di GCA diawali pada tahun 2018.
Ada belasan startup dan pelaku kreatif
lainnya terpilih sebagai delegasi Indonesia dalam rangkaian Archipelageek 2019
di Amerika. Mereka siap menembus pasar global melalui Festival South by
Southwest (SXSW) 2019 yang diselenggarakan di Austin, Texas pada 10-17 Maret
2019 dan Game Connection America (GCA) 2019 di San Fransisco, California, 18 –
21 Maret 2019.
Sederet
perusahaan rintisan atau startup yang akan diberangkatkan Bekraf
dalam SXSW 2019 yakni Ars., MTarget, Nodeflux, TeleCTG Noore Sport Hijab,
Dicoding, Knok Percussion, program Hello Dangdut dan musisi Dhira Bongs.
Saya
mampir juga di salah satu stan handicraft karya anak muda Solo dengan brand Loosewood
yang memamerkan karya berupa kacamata, jam tangan, headshet, gelang yang terbuat dari kayu mapel Skateboard bekas.
Tokonya kalau tidak salah di Manahan Solo. Hasil karyanya bisa laku terjual
mulai dari harga 500rb, (lumayan mahal yo tapi kreatif haha).
Komentar
Posting Komentar