Jreng... Jreng... welcome to my hometown
Solo city. Iki ceritane pulkam dhisik hahahaha. Cerita kali ini bahas salah
satu agenda tahunan di Kota Solo. Sekaten?? Bagi wong Solo dan sekitarnya pasti
sudah tidak asing lagi. Sekaten merupakan tradisi tahunan untuk memperingati
Maulud Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh keraton Surakarta dan Yogyakarta.
Asal-usul perayaan “sekaten” diadakan sebagai salah satu upaya menyiarkan agama
Islam. Karena orang Jawa saat itu menyukai gamelan pada hari lahirnya Nabi
Muhammad di halaman Masjid Agung Demak. Suara permainan gamelan membuat warga
berduyun-duyun datang ke halaman masjid untuk mendengarkan gamelan dan
sekaligus khutbah mengenai keislaman.
Perayaan yang diadakan setiap tanggal 1
Muharam menurut penanggalan Jawa. Sekaten juga sekaligus perayaan untuk mengenalkan
budaya Jawa khususnya budaya dari Kota Solo.
Beberapa acara penting perayaan ini
adalah dimainkannya gamelan pusaka di halaman keraton dan puncaknya Grebeg
Mulud sebagai bentuk syukur dengan mengeluarkan gunungan untuk diperebutkan
oleh warga sekitar. Perayaan ini dimeriahkan pula dengan adanya pasar malam
selama kurang lebih satu bulan. Dua gamelan yang ditabuh yaitu gamelan Kyai
Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari di bangsal selatan dan utara kawasan Masjid
Agung Surakarta.
Pasar malam sekaten hampir sama dengan
pasar-pasar malam pada umumnya. Ada beberapa jenis wahana permainannya juga.
Seperti, Kemidi Putar, Tong Setan, Kora-kora, kurungan berputar, rumah hantu
dll. Ada satu hal yang khas dan hanya ada di perayaan sekaten Solo yaitu
penjual celengan gerabah, kapal othok-othok, topeng wayang dan arum manis.
Selain murah meriah, sekaligus sebagai tempat hiburan untuk melepaskan penat
bersama keluarga.
Pasar malam sekaten selalu menjadi ciri
khas dalam perayaan Maulud Nabi di kota Solo. Pedagang dan pengunjung pun tidak
hanya dari Solo banyak juga dari luar kota yang ingin menikmati hiburan ala rakyat
ini. setahun sekali lho ini.
Saya melihat banyak pengunjung memadati
alun-alun terutama hari pertama pembukaan pasar malam sekaten. Panjangnya
antrian tak mengurangi antusias pengunjung wahana permainan. Saking berjubelnya
untung saya gak ilang wkakakaka. Tak sengaja bertemu dengan sesama pengunjung.
Sebut saja namanya pak A dan bu B (soale gak tanya namanya). Saya ngobrol
karena sama-sama nunggu antrian naik kurungan berputar. Duh, ini bapak-bapak
dan emak-emak yakin mau naik wahana kurungan berputar juga. Mereka mampir ke
Sekaten menemani anaknya yang ingin beli celengan. Tiap tahun mereka selalu datang
ke pasar malam Sekaten katanya.
Saya juga melihat ada rombongan,
sepertinya dari luar kota. Mereka menuju ke keraton dan Masjid Agung sambil
sesekali melihat dan memilih aneka dagangan khas Sekaten yang terpampang si
sepanjang alun-alun kota.
Sekaten atau pasar malamnya wong Solo
tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Lokasi pasar malam biasanya
berada di alun-alun lor keraton Solo sekarang berpindah ke Alkid (alun-alun
kidul) keraton Surakarta.
Ojo lali yen nang Solo pas akhir tahun
atau pas Maulud Nabi mampir ke Sekaten. Bawa pulang celengan gerabah atau
perahu othok-othok khas Sekaten sebagai oleh-oleh.
Arum Manis
Mas'e sepaneng nyawang kapal'e haha (penjual Othok-Othok)
Topeng Mainan
Suasana Pasar Malem "Sekaten"
Komentar
Posting Komentar