Beberapa
waktu yang lalu saya pernah mengupas sedikit tulisan mengenai seni ukir uang
kertas atau engrave. Kali ini saya akan mengupas lebih dalam tentang engrave
dan orang yang menekuni seni tersebut. Waktu menunjukkan pukul 10.30, suasana
nampak sepi di kompleks perum peruri. Saya yang saat itu menemani teman
melakukan riset tentang desain mata uang disambut ramah oleh sang empunya
rumah. Beliau adalah istri dari sang master engraver yang mempersilahkan kami
untuk masuk. Sekilas, suasana rumah seniman kian terasa dengan adanya beberapa
lukisan tangan dan hiasan mata uang menggantung di ruang tamu. Tidak berapa
lama sang master engraver menemui kami. Kesan pertama yang terlihat adalah seorang
yang sederhana. Hal tersebut tidak memperlihatkan bahwa beliau merupakan sosok
dibalik layar pengukir uang kertas. Ya beliau adalah pak Mujirun, salah satu
dari 5 master engraver senior yang ada di Indonesia.
Jika
diperhatikan dengan seksama selembar uang kertas, akan terlihat garis-garis
arsir halus yang membentuk sebuah gambar. Engrave merupakan proses pengamanan
paling tinggi dalam pembuatan uang kertas yang dibuat serumit mungkin namun
tetap menghasilkan gambar yang realistis. Sedangkan senimannya dinamakan
engraver. Teknik engrave cukup rumit menggambar menggunakan pisau dengan teknik
cukil. Penggambaran dilakukan diatas plat baja, komposisi gambar seperti gelap
terang, bayangan, hingga dimensi dibedakan dengan ukiran garis. Jika terjadi
kesalahan maka harus mengulang dari awal lagi. Ini membutuhkan ketelitian
tingga dan ketekunan. Waktu pengerjaan bisa berbulan-bulan lamanya.
Pak
Mujirun sudah menekuni seni engrave lebih dari 31 tahun. Setelah lulus sekolah
beliau dilirik oleh peruri yang melihat potensi pak Mujirun terbilang langka. Berkat
ketekunan dan keikhlasan dalam bekerja bisa mengantarkannya hingga ke berbagai
negara. Beliau mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di Swiss dan Hongaria.
Ilmu pendalaman seni engrave belum ada
di Indonesia. “Sekolah engrave belum ada di Indonesia, padahal mungkin saja banyak
yang ingin mempelajari bidang engrave ini,” tutur beliau. Beberapa waktu
yang lalu beliau diundang untuk ikut pameran yang dihadiri beberapa pejabat
pemerintahan. Beliau juga sempat menyampaikan aspirasinya kala itu untuk
mendirikan sekolah khusus engrave di Indonesia. Beliau juga akan dengan
sukarela membagi ilmunya kepada orang-orang yang ingin belajar seni engrave.
Seni desain mungkin sudah banyak namun seni engrave cukup langka. Beliau ingin
mencari bakat-bakat alami seniman engrave untuk meneruskan jejak beliau
(regenerasi).
Selama
ini pembuatan gambar uang itu dilakukan dengan proses seleksi yang ketat. Lima
engraver peruri diminta untuk menggambar secara manual dengan teknik pen
drawing. Gambar-gambar tersebut kemudian diserahkan ke pimpinan Bank Indonesia.
Dari 5 orang terpilihlah gambar pak Mujirun, bahkan saat itu ada ahli engraver dari
luar yang mengikuti seleksi. Salah satu karya yang membanggakan adalah gambar
uang seri Pak Harto Mesem, karya tersebut dipilih oleh Setneg (Sekretariat
Negara) yang kemudian menghiasi uang Rp 50.000 dan terbit pada tahun 1995.
Struktur
uang kertas itu kompleks sehingga tidak mudah untuk dipalsukan. Selain terdapat
seni engrave sebagai pengaman, ada water mark, ornamen, desain gambar dll. Uang
Rupiah dikatakan berhasil peredarannya apabila warganya bisa membedakan dengan
mudah mana uang asli dan uang palsu. Ini menerapkan sistem klasik dalam
pencetakan mata uang, sekarang sistem pencetakan uang baru sudah menggunakan sistem digital printing.
Awal mula Bank BI mengumumkan uang baru dan peruri mengedarkannya, banyak masyarakat
yang masih heran karena uang tersebut terlihat berbeda. Bahkan ada sebagian
pedagang yang enggan melakukan transaksi dengan uang baru tersebut. Namun, ada
sebagian yang antusias menyambut peredaran uang baru tersebut. Ketika saya
menanyakan bagaimana teknik pengaman uang baru tersebut yang menggunakan sistem
digital. Pak Mujirun tidak menjelaskan secara detail, “setiap sistem pengaman ntah konvensional atau digital itu mempunyai
kelebihannya masing-masing dan itu kewenangan pihak peruri, kata pria
berkacamata tersebut.”
Kini
kegiatan beliau setelah mengajukan pensiun dini beberapa tahun lalu adalah
membuat order lukisan di rumah. Mereka yang memesan lukisan juga beragam, mulai
dari pejabat, pengusaha, pelajar dll. Karyanya dihargai tinggi karena tingkat
kerumitan yang tinggi. Proses pembuatan lukisan dengan metode arsir butuh waktu
lama dan ketelitian tinggi. Misalnya, untuk satu potret wajah seukuran A4 lama
pengerjaannya bisa 1 bulan. Terkadang beliau juga bisa menggambar hanya dalam
beberapa menit saja tergantung pesanan dan tingkat kerumitan.
Kemampuan
dan keuletan pak Mujirun sebagai master engraver yang terbilang langka sudah
tidak diragukan lagi. Pengabdian bekerja dan rasa nasionalisme negara selama
puluhan tahun dibuktikannya dengan penolakan beliau untuk bekerja di luar
negeri. Saya penasaran ingin menanyakan, Apakah ada penghargaan dari pemerintah
atas kinerja beliau selama ini? Beliau hanya tersenyum dan mengatakan bekerja
itu harus ikhlas karena Allah. “Saya tidak pernah mengharapkan penghargaan
apa-apa, karya saya diakui itu sudah cukup membanggakan serta saya bisa
membahagiakan keluarga.”
Hingga
diusia senjanya pun beliau masih terus mengasah kemampuannya dengan membuat
sketsa-sketsa di buku catatan kecil miliknya. Buku tersebut berisi hasil
pemikiran atau uneg-uneg yang selalu dituangkan dalam sebuah sketsa gambar. Menggambar
itu melatih kepekaan rasa dengan terus berlatih dan mengolah rasa yang
dilakukan oleh Pak Mujirun selama ini. Jadi
ingat semboyan DILIHAT, DIRABA, DITERAWANG!!!!
Komentar
Posting Komentar