Dalam sebuah buku, ada penganalogian
sederhana tentang seorang pimpinan. Pemimpin adalah seorang gembala. Gembala
akan tetap berada di belakang kawanan ternak yang dia gembala, membiarkan yang
paling lincah pergi ke depan dan yang lain mengikuti, sementara ternak itu tak
pernah menyadari bahwa sebenarnya mereka sedang diarahkan dari belakang
(Jongintaba).
Indonesia adalah negara yang
menganut paham demokrasi, semua berprinsip dari rakyat untuk rakyat. Presiden,
Wakil Presiden, Gubernur, Wali Kota, Bupati dipilih langsung oleh rakyat. Bahkan
rakyat bebas menyalurkan aspirasinya kepada pemerintahan. Namun terkadang
banyak isu-isu politik yang selalu menyertai dalam setiap pilkada. Kali ini
sedang menghangatnya Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) 2017 di DKI Jakarta.
Hampir semua media memberitakannya, bahkan juga menjadi sorotan media asing.
Ada media yang mengatakan pilkada kali ini rasa pilpres saking gencarnya
pemberitaan mengenai para Cagub dan Cawagub yang tidak terduga. Dengan majunya
kandidat Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni; Anies Baswedan dan
Sandiaga Uno; (petahana) Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hdayat
mewarnai panggung pilkada. Pilkada akan diselenggarakan serentak tanggal 15
Februari 2017 beberapa wilayah di Indonesia.
Namun, isu yang sedang merebak di
beberapa media saat ini mengenai demo 4 November bahkan di media sosial sudah
banyak yang membahasnya. Ini menjadi trending topic nasional berhubungan dengan
pilkada. Demo 4 November 2016 yang akan dilakukan di Istana Negara, terkait
dugaan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta non-aktif
Basuki Tjahaja Purnama saat sosialisasi di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu akhir
September 2016 lalu. Perkataan Ahok tentang surat Al-Maidah ayat 51 menuai
banyak kecaman.
Sudah ramai pemberitaan akan adanya
demo besar, bahkan juga bermunculan meme-meme di medsos. Berbicara dan menulis
di media sosial pun harus sangat hati-hati apalagi mengenai isu sensitif yang
sedang terjadi. Banyak kasus masuk ke ranah hukum akibat sembarangan berbicara
melalui media sosial, tentang pencemaran nama baik dll. Manusia memang tidak
bisa luput dari kesalahan, terkadang masih terlalu tinggi egonya sehingga
apabila sedang mengalami masalah dengan seseorang maka medsos menjadi salah
satu wadah untuk mengekspresikan kekecewaaannya. Mudahnya akses melalui media
sosial membuat banyak orang dapat dengan cepat menyerap informasi yang
berkembang. Alangkah lebih bijaknya menyerap informasi dengan tidak hanya
sepihak saja.
Melakukan demo untuk menyalurkan
aspirasi dan membela kebenaran sah-sah saja asalkan sesuai dengan peraturan dan
tidak anarkis. Pesan pak Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya mengatakan, “damailah,
tertiblah, jangan langgar aturan dan kemudian jangan merusak”.
Pilkada daerah lainnya juga
sebenarnya layak mendapat perhatian bukan hanya terfokus di pusat saja,
misalnya Bekasi bahkan ada deklarasi pilkada 2017 yaitu berkomitmen untuk tidak
melakukan politik uang, tidak melakukan kejahatan manipulasi data dan tidak
memberikan grasi kepada panyelenggara pemilu.
Berbicara mengenai politik
sebenarnya membingungkan saya masih terlalu awam dan hanya sebatas tahu saja.
Hal ini penting juga untuk memahami apa yang sedang terjadi dengan pemerintahan
di Indonesia. Memang terkadang didunia politik penuh dengan mudharat yang
menang dapat rumah jabatan yang kalah kalau tidak dapat rumah sakit maka ya
dapat rumah tahanan.
Komentar
Posting Komentar