Bullying....



Maraknya kasus bullying di Indonesia. Apa itu sebenarnya bullying?? Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang, bertujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Bullying sering terjadi di lingkungan sekolah maupun kampus. Tak jarang banyak korban bullying menjadi depresi dan kematian. Penyebab bullying dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1.    Faktor keluarga, kurangnya perhatian orang tua atau pola asuh orang tua yang terlalu keras.
2.    Faktor pergaulan, bergaul dengan anak yang suka melakukan tindakan kekerasan, anak agresif yang berasal dari status sosial tinggi yang cenderung ingin berkuasa.
3.    Faktor lainnya, pembalasan dendam pernah jadi korban kekerasan, meniru tindakan kekerasan dari film atau game yang dianggap keren.
Terkadang bullying dilakukan untuk kesenangan semata dan seringnya berkelompok. Mereka akan puas setelah melakukan tindakan penindasan terhadap orang yang dianggap lemah atau berbeda dari mereka. Contoh kecil kasus bullying di sekolah, hanya karena ada seorang siswa yang kurang pandai dan cenderung tertutup maka teman-temannya mengolok-olok, itu akan menimbulkan depresi mental bagi si korban. Kemudian, kasus seorang senior yang meminta uang kepada juniornya, karena menolak sang senior pun memukulinya hingga anak tersebut enggan untuk bersekolah kembali. Tahun 2007, kasus yang terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) hingga berujung kematian praja Cliff Muntu. Puluhan siswa meninggal akibat kerasnya masa OSPEK di IPDN. Puncaknya, kematian Cliff Muntu yang menyita perhatian publik karena kematiannya berusaha disembunyikan oleh pihak IPDN. Masih banyak jenis kasus bullying lainnya yang bahkan lebih parah.
Ada artikel menarik, seorang guru di Birmingham, Inggris mengajari muridnya cara sederhana tentang efek mengerikan bullying. Rossie Dutton (Relax Kids Tamworth) menganalogikan dampak bullying dengan buah apel. Dia membawa dua buah apel kedalam kelas, pertama dia menjatuhkan sebuah apel berkali-kali ke lantai, namun tampak dari luar buah apel tersebut masih baik dan segar. Dia menjelaskan pada muridnya bahwa dia tak menyukai apel ini karena jelek dan tak menarik. Dia mengambil apel yang satunya dan berkata baik dan manis pada apel tersebut. Setelah itu dia membelah kedua apel tersebut, satu apel yang dihujani kata-kata buruk ternyata dalamnya hancur dan berubah warna menjadi cokelat, berbeda dengan apel yang mereka puji-puji terlihat masih bagus dan segar. Ini sederhana namun bermakna dampak kata-kata terhadap seseorang.
Sebagai salah satu upaya untuk menghindari adanya bullying, maka menteri Anies Baswedan melarang Masa Orientasi Sekolah (MOS) yang dilakukan oleh pelajar. Konsep kegiatan diganti dengan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) oleh guru atau pengajar. Hal ini mengingat rawannya terjadi aksi perpeloncoan dan banyaknya laporan kekerasan baik fisik maupun psikis yang dialami murid baru. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyatakan akan memberikan sanksi secara tegas kepada pihak sekolah apabila terjadi kasus kekerasan. Ada himbauan dari Mendikbud bahwa sebaiknya PNS atau swasta mengantarkan anak di hari pertama sekolah dan tidak harus terlambat kerja. Sekolah harusnya menjadi tempat yang ramah anak, bukan menjadi tempat yang menakutkan bagi anak. 






Komentar