Sudah pernah
main ke Museum Lokananta belum? Museum ini berada di jalan Ahmad Yani 387,
sekitar 2 kilometer dari stasiun Purwosari Solo. Di tempat ini banyak tersimpan
koleksi langka seputar musik. Lokananta sendiri berdiri tahun 1956 dirintis
oleh Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero, dulu fungsi
awalnya untuk mensuplai materi siaran nasional Radio Republik Indonesia. Lalu, tahun
1961 Lokananta mulai memproduksi piringan hitam dan kaset.
Lokananta juga
menjadi pionir rekaman musik pertama di Indonesia. Kini studio Lokananta
berubah menjadi museum Lokananta akan tetapi fungsinya masih sama sebagai
studio rekaman. Di dalam Lokananta terdapat beberapa ruangan yang menyimpan
seputar musik. Seperti, ruang arsip, museum, ruang produksi hingga ruang
mastering. Disini juga tersimpan lebih dari 40.000 Vinyl Record (piringan
hitam) dari berbagai genre musik.
Kamu juga bisa melihat
dan belajar sejarah musik ketika masih menggunakan CD (Compact Disk), kaset
serta piringan hitam. Selain itu, didalam ruangan berjejer mesin kuno seperti
quality control (1980), pattern generator, mesin pemotong pita (1980), VHS Video
Recorder (1990), pemutar piringan hitam (1970), power amplifier (1960). Disini juga
terdapat speaker langka bermerk JBL yaitu speaker buatan perusahaan audio milik
James Bullough Lancing dan ini merupakan speaker langka satu-satunya di dunia.
Museum
Lokananta juga menyimpan Mixer Music legendaris, Trident London Series 80 B. Alat
tersebut hanya ada dua di dunia yaitu satu di studio rekaman legendaris Abbey
Road BBC London dan satunya di Lokananta. Dadi kelingan The Beatles pas
nyebrang nang zebra cross (ikonik banget yo iki) hahaha. Museum Lokananta ternyata
lebih luas dari studio rekaman musik legendaris Abbey Road London.
Disini juga ada
piringan hitam pertama, pengganda kaset, alat pemutar vinyl hingga satu partisi
yang memajang lagu Indonesia Raya tiga stanza beserta sampul piringan hitamnya
yang tersimpan di gedung ruang utama. Selain itu, ada banyak koleksi ribuan
lagu-lagu daerah, pop lama dan keroncong dari seluruh Indonesia. Sebagian lagu
yang tersimpan adalah milik penyanyi legendaris yang melakukan rekaman disana. Seperti,
Gesang; Waldjinah; Titiek Puspa; Bing Slamet; Orkes Aneka Warna; Orkes
Kerontjong Tjendrawasih; Zaenal Combo dan Sam Saimun. Tidak hanya penyanyi
legendaris saja tapi juga grup musik White Shoes and The Couples Company; Gleen
Fredly; Efek Rumah Kaca dan Slank. Banyak musisi hebat memulai karirnya di Studio
Musik Lokananta.
Hal menarik di
Lokananta tersimpan rekaman asli pidato proklamasi dari Presiden pertama RI
Soekarno serta rekaman asli lagu Indonesia Raya karya W.R Supratman. Semua koleksi masih tersimpan rapi di dalam Lokananta.
Saya pernah dua
kali main kesini yang pertama ketika jumpa pers dengan bintang tamu Sruti
Respati, Rabu (26/12/2018). Penyanyi asal Kota Solo yang saat itu akan
menggelar konser tunggal bertajuk Tribute to Ki Nartosabdo. Tak hanya musik,
konser itu juga dimeriahkan seniman-seniman dari berbagai lintas seni seperti
tari; teatrikal, karawitan dan fashion.
Yang kedua
ketika peringatan Hari Musik Indonesia (9 Maret) di Lokananta dengan event
Sambung Rasa. Event tersebut digelar Sabtu-Minggu (7-8/Maret/2020) sebelum
Covid-19 mewabah. Event Sambung Rasa Lokananta dipandu oleh Ign. Krisna Nuryana
Putra yang merupakan dosen ISI Surakarta. Acara tersebut juga dimeriahkan
penyanyi asal Solo Woro Mustiko.
Untuk berkunjung
ke Lokananta kamu cukup datang di hari kerja Senin-Jumat (08.00-16.00 WIB) dan
gratis. Berdasar informasi, dulu Museum Lokananta akan di pugar total mulai
pertengahan tahun 2018. Nantinya, dibangun Lokananta dengan tower, studio musik
amphiteater, museum musik, musik shop dll yang bisa menampung ratusan orang. Pihak
PNRI (Percetakan Negara Republik Indonesia) bekerjasama dengan konsorsium BUMN
menyediakan dana 90 Milyar untuk revitalisasi ini.
Komentar
Posting Komentar