Konser Storytelling Forget to Remember by Shishani & Sisterhood di Kota Solo



Erasmus Huis Jakarta bekerjasama dengan Solo International Performing Arts (SIPA) Festival menyelenggarakan konser storytelling dan musik oleh Shishani & Sisterhood pada Rabu, 18 Juni 2025 di Rumah Kebudayaan Ndalem Djojokoesoeman. Kota Solo menjadi kota pertama tour konser storytelling Shishani & Sisterhood dilanjutkan di Jakarta dan diakhiri di Bandung. 

Pertunjukan seni budaya bertajuk Forget to Remember ini menjadi sebuah pertunjukan yang berbeda dan menarik yang dipentaskan oleh Shishani & Sisterhood. Sebuah pertunjukan seni budaya yang dikemas dengan konsep storytelling, menggabungkan sebuah cerita dengan musik. Dalam konser ini, cerita disampaikan melalui narasi, musik dan juga gerakan tari. 

Shishani & Sisterhood adalah grup asal Belanda yang digawangi oleh Shishani. Mereka semua tinggal di Belanda namun mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Pertunjukan ini menceritakan perjalanan sejarah mereka sebagai perempuan imigran di Belanda, sebuah perjalanan dari anggota grup Shishani & Sisterhood. 



Shishani & Sisterhood terdiri dari Shishani sebagai vokalis dan pemain gitar, Tieka Masfar sebagai storytelling, Asih Sungkono sebagai penari dan storytelling, Jomecia Oosterwolde sebagai penari dan storytelling dan Wulan Dumatubun sebagai pemain gamelan. Dibentuk pada tahun 2021 oleh penyanyi-penulis lagu Shishani, Shishani & Sisterhood sebelumnya pernah tampil secara daring untuk Erasmus Huis pada tahun 2021 dan Festival SIPA pada tahun 2022. 

Project Director Erasmus Huis, Adriana Silooy mengatakan, “Shishani & Sisterhood pernah kami jadwalkan tour di Indonesia. Tetapi karena covid, baru tahun ini bisa kami datangkan ke Indonesia," ujarnya. 

Pertunjukan Konser Storytelling Foget to Remember by Shishani & Sisterhood dimulai dengan penampilan Shishani Vranckx yang menarasikan latar belakangnya. Ia berasal dari keturunan Belgia-Namibia yang juga seorang imigran kulit hitam di Belanda. Selain bercerita tentang dirinya, Shishani juga menarasikan tentang pahlawan perempuan dari Indonesia yaitu R.A Kartini. Dalam penampilannya, ia juga sempat menyanyikan lagu Indonesia berjudul Ibu Kita Kartini dan E Mambo Simbo (Papua). Lalu, penampilan Tieka Masfar yang ternyata dari keturunan Indonesia (Padang Sumatera Barat dan Filipina). Orangtua Tieka Masfar harus berpindah-pindah tempat dari Indonesia lalu Filipina hingga Suriname dan akhirnya menetap di Belanda. 



Kemudian, Asih Sungkono yang juga merupakan keturunan Indonesia. Orangtua Asih Sungkono juga mencari suaka politik di Belanda karena mereka saat itu berstatus stateless alias tanpa kewarganegaraan setelah peristiwa September 1965. Jomecia Oosterwolde seorang penari keturunan Afrika-Suriname yang juga menjadi imigran kulit hitam di Belanda. Wulan Dumatubun juga keturunan Indonesia. Ia adalah seorang seniman, penari, pemain musik (termasuk gamelan), dan pelatih yang terlibat dalam berbagai proyek seni dan budaya. Ia juga merupakan anggota komisi untuk proyek budaya di Gemeente Den Haag (Pemerintah Kota Den Haag) dan penasihat di Fonds Podiumkunsten / Performing Arts Fund NL. 

Selain konser story telling, Tour Shishani & Sisterhood juga menggelar workshop di SMK Negeri 8 Surakarta pada Selasa, 17 Juni 2025. Sejumlah 30 siswa-siswi jurusan musik SMK Negeri 8 mengikuti workshop ini.

Pada workshop ini, Shishani & Sisterhood melatih siswa-siswi SMK Negeri 8 Surakarta untuk membuat lagu secara bertahap dengan menulis impian mereka, menyuarakan impian mereka, membuat ritme impian mereka, membuat melodi, serta gerakan untuk lagu ciptaan mereka sendiri.

Workshop diawali dengan perkenalan, menceritakan sejarah Shishani & Sisterhood, pelatihan membuat lagu yang menceritakan impian para siswa, pembagian kelompok untuk menciptakan karya lagu berdasarkan impian mereka dan pentas di hadapan kelompok lainnya. Shishani & Sisterhood berharap dengan workshop ini bisa membantu meningkatkan kemampuan para siswa dalam menciptakan lagu berdasarkan hati nurani dan kreativitas.




Komentar